Rabu, 11 Januari 2012

TENTANG PENDIDIKAN MEDIA INTERNET


Perkembangan dunia komunikasi dan transportasi sangat cepat .Khususnya perkembangan teknologi digital itu menjadi tantangan berat bagi dunia pendidikan dan orangtua dalam menyiapkan anak didik untuk dapat menghadapi laju perkembangan media digital yang beraneka ragam bentuk ,model dan format. Tanpa ada pendidikan yang sungguh-sungguh disertai perubahan perilaku nyang nyata serta penyiapan mental yang sungguh-sungguh, maka bisa diperikirakan bahwa anak-anak dan remaja akan menjadi korban dari perkembangan teknologi media yang didominasi dengan hiburan yang cenderung tidak sehat dengan muatan bisnis yang kental.

Misalnya media televisi , banyak tayangan-tayangan yang tidak diperuntukkan bagi anak hal ini tentunya akan berdampak negatif bila anak nekat menontonnya.D,ampak negatif dari tayangan-tayangan yang tidak aman tentunya perlu diwaspadai. Dewasa ini, media televisi sangat memengaruhi anak-anak dengan program-programnya yang banyak menampilkan adegan kekerasan, hal-hal yang terkait dengan seks, mistis, dan penggambaran moral yang menyimpangtayangan sinetron yang menggunakan bahasa kasar serta contoh perilaku buruh misalnya perilaku kejam,merendahkan orang tua dsb. Tayangan televisi yang sangat liberal membuat tidak ada lagi jarak pemisah antara dunia orang dewasa dan anak-anak. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di negara-negara liberal, namun juga di negara-negara berbudaya timur, karena besarnya infiltrasi media televisi di berbagai penjuru dunia. Dengan kata lain, anak-anak zaman sekarang memiliki kebebasan untuk melihat apa yang seharusnya hanya ditonton oleh orang dewasa.

Di Amerika serikat, dampak media massa terutama televisi dan video game, semakin membuat para orangtua kuatir. Data yang ada menunjukkan bahwa para remaja Amerika Serikat dengan rata-rata usia 15 tahun, menyaksikan aksi pembunuhan brutal sebanyak 25 ribu kali dari televisi dan 200 ribu kali tindak kekerasan dari media massa lainnya. Antara tahun 1950 sampai 1979, terjadi peningkatan jumlah kejahatan berat yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah 15 tahun di AS, sebesar 110 kali lipat, yang berarti peningkatan sebesar 11 ribu persen ("Fenomena Kekerasan Masyarakat Modern", 2007).

Hubungan timbal balik antara anak dengan media

Dari berita di televisi sering kita mendengar berita tentang pembunuhan,perkosaan,perampokan dsb.Gambar-gambar tentang korban kekerasan ditampilkan secara fullgar.Hal ini tentunya akan menjadi sumber inspirasi bagi anak dan remaja untuk cenderung meniru.,tidak hanya itu tayangan sinetron yang sering menggunakan bahasa kasar membuat anak dan remaja menirunya dan justru menjadikan tokohnya sebagai icon gaul anak-anak dan remaja..Akibat dari maraknya foto porno di HP membuat remaja SMP ditemukan bugil di rumah kosong.Sungguh sebuah pemandangan yang membuat kita meneteskan air mata.Tidak heran jika dari waktu ke waktu, banyak sekali kasus mengenai dampak media terutama siaran televisi di Indonesia. Misalnya, akibat meniru adegan di televisi, seorang anak kehilangan nyawanya. Maliki yang berusia tiga belas tahun, tewas setelah mempraktikkan adegan bunuh diri dalam film India di televisi. Rentetan kasus dampak negatif televisi seakan tidak ada habisnya. Masih segar dalam ingatan, kasus "Smack Down" yang juga menelan korban jiwa. Reza, seorang siswa Sekolah Dasar menjadi korban, setelah temannya mempraktikkan adegan smack down kepadanya. Ternyata kasus Reza bukan kasus yang terakhir, ada kasus lainnya di Bandung yang berkaitan dengan tayangan Smack Down. Angga Rakasiwi yang berusia 9 tahun, seorang murid Sekolah Dasar Babakan Surabaya 7 di Kiaracondong, memar-memar karena bermain ala Smack Down dengan teman sekelasnya. Raviansyah (5 tahun), murid sebuah Taman Kanak-kanak di Margahayu Kecamatan Margacinta, terluka setelah bermain Smack Down dengan temannya. Raviansyah bahkan kabarnya sempat muntah darah.

Dampak negatif televisi tidak hanya pada perubahan perilaku, tetapi juga kepada karakter dan mental penontonnya, terutama anak-anak. Stasiun televisi cenderung menyajikan tayangan yang homogen pada pemirsanya. Meski judulnya beragam namun sebenarnya isinya hampir seragam. Beberapa jenis tayangan tersebut di antaranya adalah, sinetron yang kerap dibumbui dengan kekerasan, hedonisme, seks, mistik atau berbagai tayangan infotainment yang disuguhkan dari pagi hingga petang. Ketika diprotes, produser dan pengelola siaran televisi akan beralasan bahwa tayangan-tayangan tersebut dibuat sesuai selera pasar. Buktinya ratingnya tetap tinggi yang berarti diminati oleh masyarakat.

Kasus lain adalah keluhan seorang ibu karena anaknya yang berusia 3,5 tahun bicaranya cadel dan tergagap-gagap. Ternyata anak tersebut meniru karakter utama dalam sinetron Si Yoyo. Sinetron tersebut menampilkan sosok pemuda lugu, yang memiliki perilaku dan pola pikir seperti anak kecil. Terbukti bahwa sinetron tersebut telah menjadi "sihir" bagi anak-anak, sehingga banyak yang meniru karakter si Yoyo.

Setidaknya ada 3 hal penting yang perlu disimak dalam menelaah interaksi antara anak dengan media massa: Pertama, intervensi media terhadap kehidupan anak akan makin bertambah besar dengan intensitas yang semakin tinggi. Pada saat budaya baca belum terbentuk, budaya menonton televisi sudah sangat kuat. Kedua, kehadiran orangtua dalam mendampingi kehidupan anak sehari-hari akan semakin berkurang akibat pola hidup masyarakat modern yang menuntut aktivitas di luar rumah. Ketiga, persaingan bisnis yang makin ketat antar media dalam merebut perhatian khalayak termasuk anak-anak telah mengabaikan tanggungjawab sosial, moral, dan etika, serta pelanggaran hak-hak konsumen. Hal ini diperparah dengan sangat lemahnya regulasi di bidang penyiaran.

Munculnya berbagai dampak tersebut, pada umumnya dapat dilihat sebagai akibat dari kurangnya pemahaman orangtua dalam mengatur dan menjembatani interaksi anak dengan televisi. Dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan orangtua dan guru, mereka merasa tidak berdaya dalam menghadapi persoalan ini. Mereka lebih meletakkan harapan pada peran pemerintah dan industri penyiaran televisi agar mendisain ulang program siaran mereka yang sesuai dengan nilai-nilai dan budaya Indonesia sehingga tidak berpengaruh buruk pada anak-anak. Sikap ketidakberdayaan inilah yang harus dikikis dengan memberikan penyadaran bahwa kuncinya bukanlah pada orang lain atau pihak lain, tetapi ada pada si orangtua dan anak itu sendiri. Karena, baik pemerintah maupun industri penyiaran televisi adalah dua pihak yang pada saat ini tidak bisa diharapkan dan tidak akan mampu memenuhi harapan para orangtua.

Untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif buruk dari televisi tentunya tidak dapat didiamkan begitu saja. Dibutuhkan sebuah kemampuan untuk menyikapi media ini dengan bijaksana. Tapi bagaimana mungkin masyarakat dapat bersikap kritis terhadap media jika masyarakat tidak diajarkan bagaimana caranya. Hal ini juga menjadi salah satu kelemahan kurikulum pendidikan di Indonesia. Pendidikan mengenai media hampir terlupakan. Agenda pendidikan media sama sekali belum diperhitungkan oleh penyelenggara negara, khususnya pemegang otoritas pendidikan. Padahal media memiliki kekuatan untuk menjalankan hidden curriculum (kurikulum terselubung) baik yang konstruktif maupun destruktif.

Hal penting yang harus kita lakukan untuk mengurangi dampak negatif media :

Sehubungan dengan hal tersebut di atas masih belum terlambat jika kita membuat semacam jaring pengaman untuk anak-anak kita.Ada beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :

1.Kita berikan pendidikan media kepada anak didik kita.gunakan gambar dan foto-foto yang menarik kalau perlu pakai video sehingga mereka suka.Rasa suka inilah yang akan membuat mereka lebih mudah dituntun ke perubahan perilaku ke arah positif.

2.Berikan tugas rumah kepada mereka,agar dapat mempertajam sikap kritis terhadap tayangan-tayangan di televisi.

Misalnya : tugas menulis kata-kata kasar dari sinetron,film kartun kemudian anak disuruh menulis pengaruh buruh dari tayangan tersebut.Juga siswa disuruh menulis hal negatif dari sebuah tayangan sinetron dan akibatnya jika kita melihat tayangan tersebut secara terus-menerus.

3.Jadikan perilaku kritis media sebagai kebiasaan dalam kehidupan anak sehari-hari.

4.Dampingi anak ketika melihat televisi.

5.Guru memberikan tambahan tugas rumah,hal ini untuk mengurangi dan mengalihkan perhatiaannya mereka dari nonton TV.

6.Dilaksanakan lomba menulis tentang tayangan televisi yang cocok untuk anak dan yang tidak cocok untuk anak serta pengaruhnya. kegiatan ini bisa dilakukam mulai dari tingkat sekolah,Kecamatan kemudian tingkat kota.

7.Anak disuruh membuat semacam buku kegiatan harian yang isinya pukul berapa belajar ,apa yang dipelajari,dan pukul besara nontoh televisi dan acara apa yang ditonton serta dampak negatifnya terhadap anak.Buku tersebut setiap hari diisi dan setiap pagi sebelum pelajaran dimulai sudah ditumpuk di meja guru,Guru harus melihat dan memberikan tanda tangan.hal ini sekaligus dilakukan untuk mengetahui apakah anak belajar di rumah atau tidak.

Disamping itu guna membuat jaring pengaman yang lebih luas,ada beberapa hal yang bisa kita lakukan yaitu :

1.Melalui KKG dikembangkan semacam leason stady tentang pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan media,

2.Melalui KKG kita sampaikan pentingnya Pendidikan Media bagi anak dan memberikan motifasi agar mereka mamahami dan menyadari betapa pentingnya pendidikan media bagi anak.

3.Melalui kelompok PKK baik ditingkat Rt atau RW kita sampaikan tentang pendidikan Media serta dampak negatifnya dan tentang melek media kepada ibu-ibu secara bertahap sedikit demi sedikit dan dievaluasi apakah ada perubahan perilaku anak atau belum,jikalau belum nampak perubahan maka kegiatan perlu ditingkatkan lagi.

4.Melalui kegiatan kelompok Bapak-bapak baik ditingkat Rt atau RW,perlu disosialisasikan tentang Pentingnya Pendidikan Media dan melak media.

5.Melalui kelompok karang taruna diadakan lomba tentang pemilihan dalam menonton acara TV dan aman dan lomba siapa yang paling sedikit menggunakan waktunya menontoh TV.

6.Bila dalam wilayah Rt atau RW setempat anak warnet maka kerjasama dengan pengurus Rt dan RW untuk mengontrol anak-anak dan remaja yang menggunakan internet.

7.Orang tua harus memahami benar kegiatan anaknya,jangan mudah percaya bila anak ke warnet,sesekali buntuti mereka tapi jangan sampai mereka tahu !

8.Memperketat izin membuka usaha warnet .
9.Aktivitas anak saat on line termonitor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar